Perkutut dalam bahasa latinnya disebut
Geopelia Striata dan masih berkerabat dekat dengan perkutut
besar (geopelia humeralis) dan perkutut tutul (geopelia cuneata, yang sering
disebut perkutut afrika) yang banyak hidup di Australia.
Perkutut termasuk bangsa merpati-merpatian
(Columbidae) yang terdiri dari 10 kelompok antara lain : Punai, Katik,
Pergam, Ucal, Junai, Mabruk, Delimukan, merpati (dara), Tekukur dan Perkutut.
Bangsa merpati-merpatian mempunyai
ciri-ciri umum seperti:
- Hidup berpasangan dan bertelur dua.
- Mempunyai tembolok (pemakan biji-bijian).
- Mempunyai alat yang dapat menutup hidung, sehingga tidak perlu mengangkat kepalanya pada saat minum.
- Burung jantan bertubuh dan bersuara lebih besar serta menyanyi / berbunyi (bukan berkicau) untuk memikat betina.
- Suara nyanyian yang dihasilkan berasal dari selaput suara (syrinx) yang terletak pada bagian belakang tenggorokan yang berhubungan dengan paru-paru, yang tampak mengembung pada saat berbunyi.
Perkutut di Alam Bebas
Di alam bebas, perkutut umumnya hidup secara berkelompok dengan lingkungan yang mempunyai rerumputan, daerah bukit berbatu dan ditempat dataran rendah maupun tinggi yang banyak ditumbuhi rerumputan. Hal ini disebabkan karena makanan perkutut berupa biji-bijian yang berasal dari rerumputan seperti millet, jewawut, gabah kecil, dan lain-lain.
Sebagai contoh, perkutut mudah sekali
ditemukan di daerah desa Pecatu di bukit Jimbaran daerah kampus Universitas
Udayana, Bali yang berupa bukit berbatuan dengan banyak ditumbuhi tumbuhan
jenis rerumputan. Perkutut di daerah ini terkenal akan kristal suaranya
yang bagus dan jernih (kering), hal ini mungkin disebabkan air yang diminumnya
banyak mengandung kapur karena daerah ini merupakan bukit kapur.
Jenis -Jenis
Perkutut
Pada masa sekarang ini, perkutut belang (Geopelia Striata) secara populer hanya dibedakan atas 2 (dua) jenis yaitu perkutut lokal dan perkutut bangkok. Padahal sebenarnya perkutut terbagi atas 7 (tujuh) sub-jenis yang dibedakan atas daerah asal dan mempunyai variasi letak warna bulu yang berbeda dengan ukuran tubuh yang relatif sama. yaitu :
1. Geopelia Striata (G.S) Striata, yaitu perkutut belang asli yaitu perkutut lokal dan bangkok yang umum dipelihara. Berasal dari Jawa, Bali, Lombok dan Sumatera.
2. G.S. Maungeus, yaitu perkutut belang yang sering disebut perkutut Sumba dan berasal dari Sumba, Sumbawa dan Pulau Timor.
3. G.S. Audacis, perkutut belang yang berasal dari kepulauan Kei dan Tanimbar.
4. G.S. Papua, yaitu perkutut belang yang berasal dari Papua (Irian Jaya dan Papua Nugini)
5. G.S. Placida, yaitu perkutut belang yang berasal dari Papua dan Australia Utara.
6. G.S. Tranquila, yaitu perkutut belang yang terdapat di Australia Tengah.
7. G. S. Clelaudi, yaitu perkutut belang yang terdapat di Australia Barat.
Pada masa sekarang ini, perkutut belang (Geopelia Striata) secara populer hanya dibedakan atas 2 (dua) jenis yaitu perkutut lokal dan perkutut bangkok. Padahal sebenarnya perkutut terbagi atas 7 (tujuh) sub-jenis yang dibedakan atas daerah asal dan mempunyai variasi letak warna bulu yang berbeda dengan ukuran tubuh yang relatif sama. yaitu :
1. Geopelia Striata (G.S) Striata, yaitu perkutut belang asli yaitu perkutut lokal dan bangkok yang umum dipelihara. Berasal dari Jawa, Bali, Lombok dan Sumatera.
2. G.S. Maungeus, yaitu perkutut belang yang sering disebut perkutut Sumba dan berasal dari Sumba, Sumbawa dan Pulau Timor.
3. G.S. Audacis, perkutut belang yang berasal dari kepulauan Kei dan Tanimbar.
4. G.S. Papua, yaitu perkutut belang yang berasal dari Papua (Irian Jaya dan Papua Nugini)
5. G.S. Placida, yaitu perkutut belang yang berasal dari Papua dan Australia Utara.
6. G.S. Tranquila, yaitu perkutut belang yang terdapat di Australia Tengah.
7. G. S. Clelaudi, yaitu perkutut belang yang terdapat di Australia Barat.
Semua jenis perkutut belang di atas
umumnya disebut sebagai perkutut lokal, sedangkan yang dimaksud perkutut
Bangkok (Thailand) adalah perkutut belang (G.S. Striata) yang juga
berasal dari Indonesia tepatnya di Pulau Jawa. Dan sudah mulai diternakkan
di Thailand sejak 50 tahun yang lalu. Secara fisik perkutut lokal dan
bangkok hampir sama. Secara fisik hanya dapat dibedakan oleh orang yang
sudah biasa melihatnya, yaitu dengan melihat matanya di mana mata perkutut
lokal mempunyai lingkaran mata warna putih lebih besar daripada mata perkutut
bangkok.
Cara yang paling mudah adalah dengan
mendengarkan suaranya. Perkutut lokal mempunyai suara yang ringan dan datar
serta tempo iramanya cepat, sedangkan suara perkutut bangkok lebih besar
(nge-bass).
Perkutut lokal terutama yang merupakan
tangkapan dari alam, makin hari makin berkurang peminatnya selain oleh
karena mutu suaranya yang kurang baik juga disebabkan bakalan (anak/remaja)
perkutut lokal untuk menjadi rajin manggung memerlukan waktu antara 2 hingga
4 tahun, sedangkan perkutut bangkok usia 7 bulan sudah bocor jika perawatan,
makanan dan keturunannya cukup baik.
Perkutut
Jantan dan Betina
Kelamin perkutut dapat dibedakan dengan cara meraba supit (tulang bagian perut bawah dekat dubur). Kalau supitnya dekat sekali, keras dan hampir rapat umumnya berkelamin jantan, sedangkan kalau renggang dan lunak umumnya berkelamin betina.
Kelamin perkutut dapat dibedakan dengan cara meraba supit (tulang bagian perut bawah dekat dubur). Kalau supitnya dekat sekali, keras dan hampir rapat umumnya berkelamin jantan, sedangkan kalau renggang dan lunak umumnya berkelamin betina.
Perkembangbiakan
Perkutut berkembangbiak dengan bertelur sebanyak 2 (dua) butir setiap kalinya dengan jarak antara telur yang pertama dengan yang kedua selama satu hari. Perkutut di alam bebas bertelur sebanyak 2 hingga 3 kali dalam setahun. Sedangkan Perkutut yang telah diternakkan dapat bertelur hingga 6 kali dalam setahun, dan jika mengunakan metode menitipkan telurnya untuk dieramkan dan dirawat burung lain seperti tekukur atau puter, maka sepasang perkutut dapat bertelur hingga 3 kali dalam sebulan yang berarti 36 kali bertelur dalam setahun.
Perkutut berkembangbiak dengan bertelur sebanyak 2 (dua) butir setiap kalinya dengan jarak antara telur yang pertama dengan yang kedua selama satu hari. Perkutut di alam bebas bertelur sebanyak 2 hingga 3 kali dalam setahun. Sedangkan Perkutut yang telah diternakkan dapat bertelur hingga 6 kali dalam setahun, dan jika mengunakan metode menitipkan telurnya untuk dieramkan dan dirawat burung lain seperti tekukur atau puter, maka sepasang perkutut dapat bertelur hingga 3 kali dalam sebulan yang berarti 36 kali bertelur dalam setahun.
Perkutut yang diternakkan dapat lebih
banyak kali bertelur dibandingkan perkutut yang hidup di alam bebas disebabkan
oleh karena perawatan dan makanan yang cukup dan bergizi. Tetapi
hasil anakan dari perkutut yang terlalu banyak kali bertelur (dengan metode
penitipan) akan menurun kwalitasnya. Itu sebabnya peternak yang baik akan
membatasi jumlah perkututnya bertelur dalam setahun maksimal 6 kali dengan
memberikan makanan yang bergizi lengkap supaya telur yang akan menetas
nantinya akan menjadi perkutut yang berkwalitas baik.
0 komentar:
Posting Komentar