Kalau dilihat dari gambarnya dari Buku Panduan Lapangan Burung-burung Sumatera, Jawa dan Bali, jenis Jalak putih (Sturnus melanopterus) ini hampir mirip dengan Jalak bali (Leucopsar rothschildi) memiliki warna bulu utama putih, meskipun terdapat kulit tanpa bulu disekitar mata berwarna kuning. Namun, keduanya memiliki kesamaan, yaitu sudah sama-sama susah dicari dan ditemukan di habitat aslinya, keduanya sudah terancam punah.
Jenis yang memiliki ukuran lebih kurang 23 cm dengan warna bulu seluruhnya putih, kecuali sayap dan ekor merupakan jenis endemik di Jawa, Bali dan Lombok. Menurut Birdlife International, 2001 dalam bukunya yang berjudul Threatened Birds of Asia, jenis ini dilihat terakhir kali pada tahun 1999 di Gunung Raung, Jember/Banyuwangi oleh YPAL. Tahun 1990-an sebenarnya jenis ini masih banyak terlihat di Jawa, namun untuk kepentingan ilmu pengetahuan, jenis ini masih saja dijadikan specimen, seperti pada bulan Maret 1991 di Muara Gembong, specimen dan telur dari jenis ini ternyata ada di RMNH (Rijksmuseum voor Natuurlijke Historie. ‘Naturalist’, National Museum of Natural History). Foto specimen dari jenis ini dapat dilihat di foto koleksi ZMA.
Menurut Mackinnon, 1992, jenis yang memiliki suara berupa siulan keras, seraknya sebagai alarm “kwr’ik’’,“cr’k-t’ik,cr’k-t’ik” juga terdapat kicauan yang khas dari jenis ini seperti “wriit,tr’k, ciikciik-wit-c’kc’kc’kc’k” ternyata makin jarang terdapat didataran rendah, termasuk kota dan pekarangan, terutama di Jawa Timur dan Bali, karena jenis ini biasa mencari makan di tanah terbuka dan terkadang beristirahat di pepohonan secara berkelompok kecil atau berpasangan. Begitu juga dari website RDB, bahwa jenis ini tidak ada data terbaru.
Sebuah niat untuk mencarinya lantas timbul, apakah ada di antara teman-teman yang berminat ikut mencari?
Jenis yang memiliki ukuran lebih kurang 23 cm dengan warna bulu seluruhnya putih, kecuali sayap dan ekor merupakan jenis endemik di Jawa, Bali dan Lombok. Menurut Birdlife International, 2001 dalam bukunya yang berjudul Threatened Birds of Asia, jenis ini dilihat terakhir kali pada tahun 1999 di Gunung Raung, Jember/Banyuwangi oleh YPAL. Tahun 1990-an sebenarnya jenis ini masih banyak terlihat di Jawa, namun untuk kepentingan ilmu pengetahuan, jenis ini masih saja dijadikan specimen, seperti pada bulan Maret 1991 di Muara Gembong, specimen dan telur dari jenis ini ternyata ada di RMNH (Rijksmuseum voor Natuurlijke Historie. ‘Naturalist’, National Museum of Natural History). Foto specimen dari jenis ini dapat dilihat di foto koleksi ZMA.
Menurut Mackinnon, 1992, jenis yang memiliki suara berupa siulan keras, seraknya sebagai alarm “kwr’ik’’,“cr’k-t’ik,cr’k-t’ik” juga terdapat kicauan yang khas dari jenis ini seperti “wriit,tr’k, ciikciik-wit-c’kc’kc’kc’k” ternyata makin jarang terdapat didataran rendah, termasuk kota dan pekarangan, terutama di Jawa Timur dan Bali, karena jenis ini biasa mencari makan di tanah terbuka dan terkadang beristirahat di pepohonan secara berkelompok kecil atau berpasangan. Begitu juga dari website RDB, bahwa jenis ini tidak ada data terbaru.
Sebuah niat untuk mencarinya lantas timbul, apakah ada di antara teman-teman yang berminat ikut mencari?
0 komentar:
Posting Komentar